mengatasi demam pada anak |
PENTING!! Seputar DEMAM , Obat Demam , Mitos & Fakta
Seputar DEMAM , Obat Demam , Mitos & Fakta by F.B.Monika
Topik demam selalu ramai didiskusikan. Mulai dari kepanikan orang tua
saat anaknya demam, takut akan efek samping demam dan obat demam,
beberapa mitos yang umum beredar seputar demam , dll dll.
Sadarkah yang utama perlu dipersiapkan adalah : ILMU. Carilah informasi
dari sumber-sumber yang terpercaya, itu yang utama. Jangan hanya
bermodal “katanya” walaupun “nya” itu dokter/tenaga kesehatan. Maaf
bukan saya hendak men diskreditkan dokter/tenaga kesehatan yang
menyampaikan informasi seputar kesehatan, tapi hanya bermodal katanya
saja tidaklah cukup. Cari lagi lebih lanjut referensi2 yang bisa
dipegang.
Dalam hal ini bila sepakat kita mengacu pada RUM (Rational Use of
Medicine) / Pengobatan yang Rasional berbasis EBM (Evidence Based
Medicine) yang sudah melalui berbagai tahapan sehingga suatu terapi
(medis) jelas terukur risk benefitnya. Pasien (saya lebih suka menyebut
sebagai konsumen kesehatan yang cerdas), yang selalu update ilmu
kesehatan, bisa menjadi mitra sejajar dokter/tenaga kesehatan.
Sekedar mengulang, apa sih RUM / Pengobatan yang rasional itu?
Definisi RUM (Rational Use of Medicine) / pengobatan yang rasional
menurut WHO (yang dicanangkan di Nairobi tahun 1985) adalah :“Patients
receive medication appropriate to their clinical needs, in doses that
meet their own individual requirements, for an adequate period of time,
and at the lowest cost to them and their community”.
Jadi, pola pemakaian obat yang rasional adalah pemakaian obat yang aman
dan efektif atau mudahnya dijabarkan dalam bentuk kosep 5 T : TEPAT
sesuai klinis (diagnosis), TEPAT dosis (individual) , TEPAT jangka waktu
, TEPAT informasi (obyektif) , dan TEPAT harga.
Sementara EBM (Evidence Based Medicine) adalah suatu pendekatan medik
yang didasarkan pada bukti-bukti ilmiah terkini untuk kepentingan
pelayanan kesehatan penderita. Dengan demikian, dalam prakteknya, EBM
memadukan antara kemampuan dan pengalaman klinik dengan bukti-bukti
ilmiah terkini yang paling dapat dipercaya, bukan hanya berdasarkan
testimoni beberapa orang saja.
Jadi salah besar kalau RUM itu artinya Anti Obat dan Anti Dokter. Maaf
banget, buanyak sekali orang yang kebablasan, mengaku2 ber’aliran’ RUM
tapi ternyata sangat anti obat dan anti dokter. Bahkan sering terjadi
ada yang keukeuh HT alias Home Treatment padahal anaknya sudah mengalami
tanda-tanda gawat darurat.
Kembali lagi ke topik demam, berikut ini pertanyaan dan pernyataan yang umum timbul :
1. Demam perlu segera diturunkan.
2. Demam tinggi akan merusak otak.
3. Demam bila dibiarkan akan menyebabkan kejang.
4. Obat demam menyebabkan kerusakan hati & ginjal.
5. Obat penurun panas yang dimasukkan melalui anus lebih ampuh daripada obat minum.
6. Berikan Antibiotik (AB) saat anak demam.
Dalam tulisan saya kali ini saya akan coba memaparkan dengan singkat
mengenai demam yang saya olah dari berbagai referensi (referensi2 yang
saya pakai ada di akhir tulisan ini).
Tubuh manusia memiliki hipotalamus di otak yang berfungsi sebagai
pengatur suhu tubuh / body’s thermostat. Suhu normal tubuh manusia
berkisar 37 +/-1 derajat Celcius. Hipotalamus bertugas mengatur suhu
tubuh sesuai kebutuhan tubuh saat tersebut.
Penyebab demam secara umum dibagi 2 yaitu :
- Infeksi (virus, bakteri, parasit)
- Non Infeksi, seperti peradangan/inflamasi, sedang teething/tumbuh gigi, autoimun (adanya kesalahan "program" di dalam tubuh dimana organ tubuh kita disangka sebagai "musuh" dan diserang oleh sistem kekebalan tubuh kita) dan lain2.
Selama demam, hipotalamus secara cermat mengendalikan kenaikan suhu
tubuh sehingga jarang sekali demam melebihi 41 derajat Celcius.
Kerusakan otak yang dikhawatirkan terjadi bila demam tinggi mencapai
suhu >42 derajat Celcius (melebihi 41 derajat Celcius saja sangat
jarang terjadi).
Diantara kedua penyebab diatas (Infeksi dan Non Infeksi, demam lebih
sering disebabkan karena infeksi dan umumnya pada bayi dan anak, demam
terjadi karena infeksi virus (penyakit langganan anak2 alias common
problem meliputi common cold/selesma /batuk pilek, infeksi telinga,
gastroenteritis, dll) .
Jadi.. demam itu sendiri bukanlah suatu penyakit tapi suatu gejala.
Gejala tidak bisa hilang bila penyebabnya tidak diketahui dan ditangani.
Analoginya, bila alarm kebakaran bunyi, yang utama bukan matikan
alarmnya tapi cari apa penyebab alarmnya bunyi dan atasi sesuai
kondisinya (kebetulan di apartment saya alarm dalam rumah sangat
sensitif dan bunyinya sangat keras, bagus sih jadi ada asap sedikit
langsung cari karena apa, biasanya pas saya masak meluap atau ada bahan
makanan yang terbakar).
Dalam kasus demam yang disebabkan karena infeksi , demam memiliki
manfaat bagi tubuh untuk melawan infeksi. Harap diingat juga, tingginya
suhu saat demam tidak berkorelasi/tidak berhubungan dengan tingkat
keparahan penyakit. Demam dapat menghambat perkembangan dan reproduksi
bakteri / virus yang sedang menyerang tubuh .
Nah, kalau begitu apa gunanya minum obat penurun panas / demam? Di dalam
panduan yang dikeluarkan AAP (American Academy of Pediatrics) mengenai
Demam & Penggunaan Antipiretik (penurun demam) untuk anak2 , para
dokter perlu memberikan penekanan pada orang tua pasien bahwa menangani
demam pada anak (misal dengan memberikan obat penurun demam) tujuannya
adalah meningkatkan kenyamanan anak. Jadi penekanannya bukan pada segera
menormalkan suhu tubuh anak.
Tentu saja “ambang batas rasa sakit” tiap anak berbeda-beda. Orang tua
perlu cermat menilai dan mengupayakan terapi suportif dalam menyamankan
anak saat demam. Pilihan seperti kompres hangat, berendam hangat, skin
to skin contact, makan minum yang anak sukai (jaga asupan cairan sangat
penting supaya tidak dehidrasi) , aktivitas ringan yang disukai anak
dapat dicoba. Bila anak sangat tidak nyaman, terus menerus rewel walau
terapi suportif sudah diupayakan maka pemberian obat penurun demam bukan
tindakan yang salah.
Terutama pada beberapa penyakit yang memang terasa amat sakit seperti DD
(demam dengue) / DBD / Cikungunya. Saya pernah mengalaminya,
SubhanAllah rasa sakitnya sampai disebut breakbone fever, karena
tulang-sendi seperti patah, nyeri kepala luar biasa, selain mual &
keluhan2 lainnya.
2 jenis obat penurun demam yang umum diberikan pada anak-anak adalah
Paracetamol dan Ibuprofen. Aspirin tidak boleh diberikan pada anak-anak
karena efek sampingnya yang berat termasuk meningkatkan resiko Sindroma
Reye.
Ibuprofen tidak direkomendasikan untuk anak demam yang mengalami diare dengan atau tanpa muntah.
Baik Ibuprofen maupun Paracetamol sama2 efektif dalam menurunkan demam,
walau dalam studi yang pernah dilakukan Ibuprofen lebih efektif untuk
anak2 yang berusia > 5 tahun.
Yang akan saya bahas lebih lanjut adalah Paracetamol.
Dosis Paracetamol adalah 10-15 mg/kg per dosis diberikan setiap 4-6 jam
(oral) adalah dosis yang aman dan efektif. Sangat dianjurkan memberikan
takaran sesuai BB/berat badan anak, bukan sekedar mengikuti anjuran
pakai berdasarkan usia yang biasanya tertera di kemasan. Juga perhatikan
kandungan tiap produk, karena untuk merk yang sama, varian yang berbeda
kandungan per ml nya berbeda. Misal, saya ambil merk, ada Panadol untuk
anak biasa, ada yang forte. Contoh lain, ada Sanmol drop, ada Sanmol
syrup. Hal penting juga, gunakan ukuran yang tepat, misal disebut per 5
ml ya gunakan sendok takar/pipet untuk bayi , jangan gunakan sendok
makan/sendok teh yang biasa dipakai di rumah. Hal penting lainnya,
letakkan obat-obatan di tempat yang tidak mudah dijangkau anak-anak.
Paracetamol dapat berbahaya , menyebabkan hepatotoxicity karena
overdosis. Ya secara umum sih obat-obatan apapun bila dikonsumsi
overdosis akan berbahaya , tidak hanya paracetamol.
Berdasarkan Jurnal : Paracetamol poisoning in children and hepatotoxicity
By A. PENNA & N. BUCHANAN
Paediatric Pharmacology Unit, Westmead Hospital and the University of
Sydney, Sydney, Australia: Chronic poisoning ketika dosis mencapai 130
mg/kg per hari.
Berikut ini adalah beberapa tanda Overdosis Paracetamol : Hilang nafsu
makan, mual, muntah, nyeri perut, berkeringat, lemas, warna urin lebih
gelap, kulit dan bagian putih mata menjadi menguning (Jaundice).
Orang tua tidak direkomendasikan memberikan obat batuk pilek (OTC/Over
The Counter Products alias Obat batuk pilek yang dijual bebas tanpa
resep) yang mengandung Paracetamol & Ibuprofen karena berpotensi
pada saat bersamaan orang tua memberikan juga obat penurun demam.
Saat anak demam tinggi, ada orang tua yang buru-buru pergi ke UGD/ke
dokter dan meminta dokter memberikan obat penurun demam via anus karena
dianggap lebih ampuh dan cepat menurunkan demam. Benarkah demikian? Di
salah satu RCT (Randomized Controlled Trial) yang membandingkan
keefektifan paracetamol via oral vs via rectal ternyata hasilnya oral vs
rectal paracetamol sama keefektifannya. Tidak ada bukti yang mendukung
bahwa rectal suppositories baik itu menggunakan dosis standar 15 mg/kg
maupun dosis tinggi 30-40 mg/kg lebih superior alias ampuh dibandingkan
paracetamol (acetaminophen) oral dalam hal penurunan suhu.
Pemberian obat ini via oral lebih disukai karena penyerapan yang lebih
cepat sementara pemberian via rectal dapat dipertimbangkan pada kondisi
khusus misalnya anak muntah2 atau dalam kondisi tidak boleh menerima
asupan via oral.
Bila demam berlangsung berhari-hari (lebih dari 3 hari) tanpa diketahui
sumber penyebabnya (misal tidak keluar batuk pilek, muntah, diare atau
hal lain) maka periksakanlah ke dokter. Khusus pada bayi kecil, makin
muda usianya orangtua perlu waspada. Bila bayi berusia kurang dari 3
bulan dan demam lebih dari 38 derajat Celcius segera periksakan ke
dokter.
Perlunya Antibiotik atau tidak tergantung diagnosis yang diberikan oleh
dokter. AB / Antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi karena
bakteri, sementara infeksi virus yang merupakan penyebab penyakit
langganan anak-anak tidak dapat diobati dengan Antibiotik. Silahkan baca
Notes saya mengenai RUM-Breaking The Antibiotic Habit.
Terdapat kekhawatiran demam yang tidak segera diturunkan dapat
menyebabkan Kejang Demam/KD (Febrile Seizure/Convulsion). Padahal tidak
ada nilai ambang suhu untuk dapat terjadinya kejang demam. Yang penting
orangtua lakukan adalah menangani kejang demam dengan tepat dan mencari
sumber/penyebab demam. Tidak ada bukti bahwa pemberian Antipiretik /
obat penurun demam dapat mencegah terjadinya Kejang demam. Bahkan walau
obat penurun demam diberikan setiap 4 jam hasilnya pun akan sama.
Kebanyakan kejang demam terjadi di 24 jam pertama perjalanan penyakit
dan belum tentu terjadi saat suhu demam yang tertinggi. Infeksi telinga,
common cold atau infeksi virus lainnya dapat memicu kejang demam, juga
apakah ada riwayat di anggota keluarga yang juga pernah mengalami kejang
demam saat masa kecilnya.
Anak pertama saya pernah mengalami Kejang Demam Sederhana dan Kejang
Demam Kompleks. Kejadian yang pertama kali saat usia 2 tahun. Yang utama
jangan panik walau hati remuk redam rasanya pas menjaga anak yang
sedang kejang tersebut.
Hal yang terakhir, kenalilah tanda-tanga gawat darurat ini, segera hubungi dokter pada beberapa kondisi berikut ini:
- Apabila kondisi anak memburuk
- Demam sudah berlangsung 72 jam (tanpa penyebab yang jelas)
- Susah minum atau tidak mau minum atau sudah mengalami dehidrasi
- Rewel atau menangis terus menerus, tidak dapat ditenangkan
- Tidur terus menerus, lemas dan sulit dibangunkan (letargi)
- Kejang atau kaku kuduk leher
- Sakit kepala hebat yang menetap
- Sesak napas
- Muntah menyemprot, diare terus-menerus
style="background-color: white;
color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial,
sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">
Sumber :
1. Fever and Antipyretic Use in Children
2. Notes FB saya : RUM (Pengobatan yg Rasional) : Breaking The Antibiotic Habit . Bagian 2 adalah topik demam :
3. Demam dari web Milis Sehat :
4. Kejang Demam dari web Milis Sehat :
5. [Antipyretic effectiveness of ibuprofen and paracetamol].
6. Fever
7. Febrile Seizures: Clinical Practice Guideline for the Long-term Management of the Child With Simple Febrile Seizures
8. Paracetamol/Acetaminophen dari website www.drugs.com
9. Fever in children-Fact sheet
10. Febrile Convulsions
11. Febrile seizures
12. Paracetamol poisoning in children and hepatotoxicity
13. Antipyretic therapy. Comparison of rectal and oral paracetamol.
14. This study is designed to compare the antipyretic effectiveness of
two rectal acetaminophen doses (15 mg/kg) and (35 mg/kg), to the
standard oral dose of 15 mg/kg.
15. A Kids’s Guide to Fever
16. Notes saya
Jadilah Konsumen Kesehatan Yang Cerdas untuk Investasi Keluarga Jangka Panjang :
Silahkan teman2 kalau ada tulisan saya yang salah / saya salah
interprestasi dalam sumber2 yang saya ambil tolong infokan beserta
sumber/referensinya tentunya :).
Untuk gambar-gambar saya pajang pakai merk (asli ga ada niat jualan) ,
supaya pada ngeh saat ke Apotek / ke toko yang menjual Obat OTC ini
(selain itu ada juga kok Generiknya, jelas harganya lebih murah :) ).
Semoga bermanfaat ya.
Menambahkan sedikit info bahwa pemberian Antipiretik atau Obat penurun
demam sebelum Vaksinasi dengan tujuan mencegah demam dan atau Kejang
demam , dapat menurunkan respon tubuh akan vaksin yang diberikan.
"Prophylactic Acetaminophen Before Vaccination in Infants Reduces Vaccine Response :
Prophylactic administration of acetaminophen (paracetamol) to reduce
fever or febrile convulsions after vaccination in infants actually
results in reduced immunogenicity and should not be routinely
recommended, according to a new study published in the October 17 issue
of The Lancet.
Comments
Post a Comment